Selasa, 28 Juni 2011

Apakah Aksara Akan Punah?

Pada saat Ujian Akhir Semester (UAS) 2, dosen Tipografi saya mengajukan suatu pertanyaan yang harus dijawab pada presentasi akbar (lebay ya. Hahaha...) seangkatan saya. Pertanyaan tersebut adalah "Apakah Aksara Akan Punah?". Tentunya saya bekerjasama dengan teman-teman sekelompok saya. Kami berdiskusi tentang hal tersebut dengan 'meriahnya', karena satu dengan yang lainnya saling adu pendapat dan 'memeras otak'.


Baiklah, saya akan segera membawa Anda kedalam topik ini dengan sedikit pengantar yang akan menambahkan pemahaman Anda tentang aksara agar tidak merasa bingung di 'tengah jalan'.


Aksara merupakan suatu media dasar yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi saat tidak memungkinkannya berkomunikasi secara langsung. Aksara manusia memiliki ratusan (atau bahkan jutaan) jenis. Ada aksara alfabet, Mandarin (Hanzi), Korea (Hanja), Jepang (Kanji), Thai, India, Arab, Yunani, Russia, dan lain sebagainya. Aksara yang akan kita bahas adalah aksara Alfabet.

Tujuan dasar manusia menciptakan aksara adalah kesadaran dalam diri manusia bahwa mereka tidak mampu berkomunikasi secara langsung setiap saat. Oleh karenanya, manusia menciptakan suatu media yang dapat mereka gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain (dalam Sosiologi, media ini digolongkan sebagai komunikasi sekunder).

Pada awalnya, manusia menciptakan simbol, lambang atau gambar ikon sederhana untuk menyatakan pikiran mereka melalui dinding gua yang adalah batu. Penerapan langkah ini pun berlangsung dalam beberapa abad.

Namun penerapannya yang cukup sulit dan bersifat ambigu, membuat manusia untuk berusaha mencari cara lain dalam berkomunikasi secara sekunder, yaitu melalui aksara. Penerapannya yang sulit dikarenakan setiap karakter memiliki detail yang cukup rumit dan tidak setiap manusia pandai mengukir. Masalah ambigu juga turut mempersulit penerapannya. Jika seseorang mengukir gambar mata, orang lain dapat mengartikan gambar tersebut sebagai ungkapan melirik, mengintai atau bahkan berkedip.

Pada zaman dahulu, Kerajaan Mesir menerapkan sistem penulisan Hieroglyph untuk kegiatan sastra dalam bidang ritual keagamaan. Penerapan ini berlangsung selama 3600 tahun, yaitu pada 3200 SM hingga 400 M. Sistem penulisan ini memiliki 700 gambar dan lambang dalam benntuk manusia, hewan atau benda.

Lalu bangsa-bangsa di sekitarnya (yang berada di kawasan laut Mediterania timur dan Mesopotamia) menerapkan sistem aksara yang didasarkan Hieroglyph. Namun bentuk setiap huruf Hieroglyph mengalami penyederhanaan bentuk dan mengurangi jumlah karakternya.

Salah satu bangsa yang menerapkan aksara Hieroglyph adalah Bangsa Funisia. Namun Bangsa yang tinggal di pesisir pantai Mediterania timur ini memadukan Hieroglyph yang mereka terapkan dengan aksara (atau tulisan) Paku yang digunakan oleh Kerajaan Babilonia di kawasan Mesopotamia. Setelah dipadukan, aksara ini disebut aksara Funisia.

Lalu bangsa Yunani menerapkan aksara Funisia dengan penambahan huruf vokal. Setelah penyempurnaan ini, aksara ini disebut aksara Yunani.

Bangsa Romawi pun menerapkan aksara Yunani dengan menambahkan dan mengubah bebera huruf berdasarkan kebutuhan mereka. Dan setelah penyempurnaan oleh bangsa Romawi, aksara ini disebut aksara Alfabet.

Penjajahan Kerajaan Romawi pun meluas hampir ke seluruh Eropa, termasuk penjajahan mereka di Inggris. Dalam jangka waktu yang cukup lama, penduduk Inggris pun menerapkan aksara alfabet yang digunakan oleh Kerajaan Romawi. Bahkan masyarakat Inggris pun tetap menerapkannya meski pun Kerajaan Romawi.

Beberapa abad kemudian, Inggris menampilkan dirinya sebagai sebuah kerajaan kuat yang secara perlahan-lahan menguasai sepertiga daratan dunia. Dan penguasaan Inggris atas daerah-daerahnya membuat daerah-daerah jajahannya menggunakan aksara alfabet. Dan bangsa-bangsa Eropa lainnya seperti Prancis, Belgia, Belanda, Jerman, Spanyol, Portugis (yang adalah bekas daerah jajahan Kerajaan Romawi) juga menerapkan aksara alfabet.


Setelah kita mengingat sejarah dan latar belakang aksara (terutama aksara Alfabet), kini kita akan kembali ke topik utama, "Apakah Aksara Akan Punah?"


Seperti kita telah ketahui, aksara diciptakan untuk berkomunikasi secara sekunder karena manusia tidak mungkin dapat berkomunikasi secara primer di setiap saat. Dan aksara juga berguna untuk berkomunikasi dengan individu atau masyarakat lain yang terpisahkan oleh waktu dan tempat.

Aksara tidak akan punah karena:

  1. Manusia Menggunakannya Sebagai Alat Komunikasi Sekunder
  2. Media yang Memampukan Manusia Menyampaikan Isi Pikirannya Saat Waktu dan Tempat Tidak Mendukungnya
  3. Media yang Selalu Digunakan Dalam Kehidupan Manusia
  4. Penerapannya Terjadi di Setiap Saat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar